Mengenai Saya

Foto saya
TiDore KePuLauan, MaLuKu Utara, Indonesia
AWS inisial namaku, Tidore tempat kelahiranku, Scorpio Zodiacku, Kelinci shioku, Sagu Makananku, Indonesia Negeri Kebanggaanku...

Mahkota Sultan Tidore

Jumat, Maret 13, 2009

4 Jempol Buat Tete Mae



Kadang ketika aku merenungi kmbali perjalanan hidupku sampai mengantar ku jadi Pegawai Negeri Sipil, menurutku sesuatu yang diluar skenario. Ketika SMA, q g prnah punya obsesi jadi PNS. Di Sekolah ku tergolong bukan murid yg pintar2 amat. aku paling ngga suka mata pelajaran Matematika dan Fisika, Pelajaran faforitku cuman 1, Bahasa Inggris.

Nilai rapor SMAku tergolong dalam strata medioker alias sedang-sedang saja. Tapi ku bersukur ketika lulus SMA, NEM ku memenuhi sarat untuk ikut test STPDN. Waktu itu persaratan Nem minimal adalah 42, NEM ku kebetulan pas, malah lebih dikit, 42,72.

Masalah terjadi ketika pilihan melanjutkan study selepas SMA. Aku berangan pengen sekolahnya di tanah Jawa, Obsesiku pengen jadi dokter, makanya ku ingin kuliah di Fakultas Kedokteran. Sementara bapakku maunya aku ikut test STPDN. Sementara aku enga ada gairah sedikitpun masuk sekolah yang katanya lulusannya jadi PNS. Aku sendiri paling engga demen sama kerjaan PNS.

Singkat cerita karena demi nyenangin hati ortu, akhirnya aku ikut test dua-duanya, UMPTN dan STPDN. Ternyata ketika pengumuman UMPTN namaq engga ada, ada sih nama Abdul Wahid tapi belakangnya beda bukan Saraha. Pupus sudah harapanku. Sekarang tinggal 1 yang kutunggu, yaitu STPDN, kalau engga lulus juga, aku niat pengen merantau ke tanah Jawa aja, nyari kerjaan apa aja yang penting bisa buat hidup dan masa depan.

Suatu hari ketika menanti waktu pengumuman STPDN, Ibuku mengajak aku ke tempat seorang Kakek Tua di kampungku yang dikenal punya kemapuan paranormal, namanya Ismail, orang di kampungku biasa memanggilnya “Tete Mae”. sekarang udah almarhum.(Semoga Allah SWT mengampuni dosanya). Ketika ibuku menyampaikan maksud kedatangan kami ingin menanyakan apakah aku lulus STPDN atau tidak. Ku perhatikan si Kakek cuman mengambil mangkok putih yang diisi air putih, trus sesaat dia kelihatan serius memperhatikan air dalam mangkok tersebut. Trus dengan wajah meyakinkan dan ucapan yang tegas, dia bilang, “Saya sudah lihat, namanya naik diatas, dia pasti lulus”. Ibuku lantas menanggapi, “ tapi ini sekolahnya sulit dimasuki Kek, Satu-satunya di Indonesia”. Sang Kakek bukannya jadi down, malah makin yakin, “ Sudah!, saya sudah lihat, namanya naik diatas,dia pasti dapat”, tuturnya dengan PD yang tinggi dan wajah meyakinkan. Aku hanya diam menyaksikan proses ritual tersebut. Engga ngomong sedikitpun. Dalam hatiku berujar, Jika nanti ku benar lulus maka Empat Jempol ku kasihkan buat sang kakek, Top marketop, mantap surantaplah kata Kang Purwa Caraka. tapi jika engga terbukti, maka seumur hidupku ku engga bakalan percaya sama namanya Dukun.

Hari berganti hari, penantian waktu pengumuman STPDN tak kunjung tiba, katanya lewat Radio RRI, tiap malam ku selalu mndengar Radio, tapi engga pernah ada pengumuman. Ku jadi apatis dan pasrah sambil mikir akibat terburuk kalau engga lulus ku harus kemana. Ternyata suatu waktu di siang bolong, ketika aku sama kakaku lagi main di rumah, Bapakku datang dari kantornya dengan sepeda motor yamaha bututnya, kelihatan buru-buru, lantas masuk rumah mencari aku. Tiba-tiba dia langsung nyuruh aku mencium tangannya . Lantas dia perlihatkan tulisan nomor test yang ditulis pakai pena di telapak tangannya. “ ini nomor test kamu kan?” , Tanya bapakku sambil perlihatkan telapak tangannya ke mukaku“ , “Iya benar “, jawabku, Tiba-tiba di langsung peluk aku sampai ngeluarin air mata karena terharu. “ Kamu lulus Test STPDN nak”. Tadi Bapak dapat telpon pemberitahuan dari pihak Kepegawaian Kantor Bupati . Aku seakan engga percaya, benarkah..??, perasaanku ibarat orang yang keluar sebagai pemenang undian, kaget, senang, bahagia, bangga, terharu, pokoknya campur aduk.

Eit,, tiba-tiba ku teringat sang Kakek yang pernah meramal kelulusanku, agenda pertamaku setelah mengetahui bahwa aku lulus adalah adalah aku harus menemui sang kakek untuk mengucapkan terima kasih. Dengan ditemani ibu sama bapakku kami langsung menuju ke rumah sang kakek, ngucapin terima kasih sekaligus memberitahu bahwa ramalan kakek benar terbukti. Kucium tangannya. Sang kakek terlihat tenang-tenang saja seakan dia juga udah tau. Bapak sama ibuku terlihat terlibat pembicaraan cukup lama dengan sang kakek, sementara pikiranku udah terbagi melayang jauh ke Jatinangor Bandung. Ternyata Keinginanku bersekolah di tanah jawa sekarang bukan hanya sebatas angan tapi memang udah jadi kenyataan, tinggal nunggu waktu buat terbang tinggalkan kampung halaman(aws)

1 komentar:

  1. Kebahagian orang tua akhirnya membawa kebahagian pada diri sendiri...

    Doa orang tua memang dimakbulkan..!!! Selamat..!!

    BalasHapus

 
* { margin: 0px; padding: 0px; }